ProbolinggoHARIAN BANGSA
Sejak terjadi letusan besar pada hari Minggu kemarin. Gempa termor yang tercatat di Seismograf Pos Pengawasan Gunung Bromo di Dusun Cemoro Lawang Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura, amplitudo maksimumnya mencapai 30 mili meter (mm)."Sekarang letusan semakin besar pasca letusan hari Minggu dan gempa tremor kalau dulu hanya 5 mili meter kini sudah 30 mili meter," kata Kepala Bidang Pengamatan Gempa Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG Bandung, Gede Suantika, Rabu (22/12).
Dia menambahkan, saat ini gunung Bromo mulai mengeluarkan pasir vulkanik dan jatuh di 2 km dari kawah. Sehingga warga dan pengunjung tetap tidak boleh medekati zona bahaya itu.
"Saat ini hanya pasir yang paling banyak dikeluarkan, kalau kerikil hanya disekitar kawah saja,' ungkapnya.
Sementara tinggi letusan Gunung Bromo mencapai 1000 meter lebih dan asapnya berwarna hitam ke-abu-abuan. Letusan abu mengarah ke timur laut yakni Probolinggo.
"Laporan saat ini, wilayah di Probolinggo mulau diguyur abu,' ujar Gede.
Meski Gunung Bromo mengalami peningkatan gempa tremor yang terus menerus, PVMBG masih menetapkan statusnya Siaga. Namun, bila letusan Bromo mengeluarkan kerikil hingga dibibir kaldera, PVMBG akan menaikan status menjadi Awas.
"Kalau kerikil Bromo sudah sampai di bibir Kaldera nanti statusnya bisa dinaikan," kata Kepala Bidang Pengamatan Gempa Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG Bandung, Gede Suantika.
Menurut dia, pihaknya terus memantau perkembangan kegempaan dan letusan yang dikeluarkan gunung Bromo. Selain itu, terus mengevaluasi dampak yang letusan saat ini. "Kami terus amati letusan Bromo yang terus membesar," terangnya.
Untuk mengetahui kandungan abu vulkanik Bromo, PVMBG saat ini melakukan uji lab di Jogyakarta."kami masih menguji dan tes di Lab," tutur Gede.
Erupsi letusan Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo terlihat dari Lumajang. Letusan berwarna Hitam mengempul dan membumbung tinggi ke langit.
Padahal letusan Gunung Bromo yang berwarna hitam tidak pernah terlihat jelas, seperti saat ini. Fenomena alam ini menjadi tontonan warga dan pelahar di Kabupaten Lumajang.
"Wah Bromo meletus, asapnya hitam," kata Husni (50) warga Desa Blukon Kecamatan Lumajang ditemui saat bercocok tanam di sawahnya, Rabu (22/12).
Letusan Abu Vulkanik Gunung Bromo yang terlihat dari Lumajang mengarah ke utara yakni Probolinggo.
"Kalau melihat arah letusan mengarah ke Probolinggo," tutur Husni.
Hasan, warga Desa Leces Kecamatan Leces-Probolinggo mengkabarkan jika wilayahnya diguyur hujan abu sudah 3 hari lalu. Bahkan wilayah yang paling parah terkena guyuran hujan abu di Kecamatan Khauripan Probolinggo.
"Kalau hujan abu disini sering dan sedikit menganggu aktivitas warga," ungkapnya.
Puluhan hektar tanaman kentang milik warga Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Rabu (22/12) rusak akibat semburan abu vulkanik yang disemburkan dari kawah Gunung Bromo. Akibat guyuran abu vulkanik yang keluar sejak Minggu lalu, mengakibatkan petani kentang di Desa Ngadas gagal panen.
Menurut Kartono, Kepala Desa Ngadas pada beritajatim.com mengatakan, kerusakan tanaman kentang akibat tingginya hujan abu diwilayah Ngadas dan sekitarnya. Terlebih, daerah pertanian di Ngadas yang banyak ditanami sayuran jenis kentang, membuat puluhan hektar tanaman kentang gagal panen.
"Di dua dusun, 10 hektar tanaman kentang rusak akibat abu vulkanik gunung bromo,” ungkap Kartono.
Dijelaskannya, dua dusun itu adalah Dusun Ijo dan Dusun Ngadas yang masuk wilayah Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Di dua dusun tersebut, mayoritas warga memang bekerja dilahan-lahan pertanian dengan menanam sayuran jenis kentang.
Kerusakan parah terjadi akibat tanaman kentang yang baru ditanam petani beberapa bulan lalu, sudah tertutup oleh abu vulkanik.
Debu vulkanik yang menutup tanaman kentang cukup tebal. Akibatnya, puluhan hektar tanaman kentang tidak bisa membuahkan hasil maksimal. “Abu cukup tebal. Karena tertutup debu vulkanik, tanaman kentang petani jadi gagal panen,” papar Kartono.
Ditambahkannya, taksir kerugian akibat tanaman kentang seluas 10 hektar tertutup abu vulkanik, membuat petani diwilayah Ngadas menderita kerugian hingga ratusan juta rupiah. Mayoritas petani Ngadas juga berharap agar Pemerintah Kabupaten Malang, mempunyai kepedulian terhadap ratusan petani kentang yang tanamnnya rusak oleh guyuran abu vulkanik.
“Minimal, para petani berharap ada bantuan bibit kentang dari Pemkab Malang. Masalahnya, mereka sudah rugi cukup banyak saat guyuran abu vulkanik gunung bromo menerjang areal tanaman kentang yang ada di Ngadas ini,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Malang, Purwanto menegaskan, pihaknya sudah mendapatkan laporan terkait adanya kerusakan tanaman kentang milik warga desa Ngadas akibat guyuran abu vulknik gunung bromo.
Distanbun juga sudah membentuk tim untuk mendata berapa banyak tanaman kentang yang rusak. Serta, berapa hektar lahan yang biasanya digunakan petani untuk menanam tanaman kentang.
“Tim kami sudah turun kelokasi. Dalam waktu dekat, kami juga berharap Pemkab Malang memberikan penyedian bibit kentang untuk memulihkan ekonomi petani sayur-mayur diwilayah Ngadas,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar